Bagi teman –teman sejawat radiographer mungkin
melakukan pemeriksaan radiografi thorax sudah biasa ya…iyalah sudah makanan pokok
tiap harinya hehe
tapi pernahkah anda mendapatkan atau mendengar
tentang pemeriksaan Radiografi Thorax
stress, naa… pada kesempatan kali ini izinkan saya akan bahas tentang
pemeriksaan radiografi Thorax stress.
Sebelum kita melangkah lebih jauh , ada baiknya kita pahami
dulu makna kata stress dalam pemeriksaan thorax tersebut.
Secara Umum Definisi Stress itu sendiri adalah gangguan
atau kekacauan mental dan emosional yg disebabkan oleh faktor luar, itu menurut umum lho…. Hehe tapi dalam istilah kamus radiologi
stress itu adalah tekanan atau beban tambahan, jadi kata stress itu adalah adanya beban atau menggunakan beban tambahan sebagai alat
bantu pemeriksaan agar hasil radiograf yang di hasilkan dapat memperlihatkan
struktur anatomi atau organ tertentu yang dimana dengan posisi biasa (tidak
menggunakan beban) tidak bisa di perlihatkan secara jelas na…
jadi sudah tau kan makna kata stress pada thorax itu sendiri adalah pemeriksaan
thorax yang menggunakan beban dalam tekhnik pemeriksaanya .
Jadi teknik radiografi thorax stress adalah pemeriksaan secara radiologi thorak dengan
menggunakan proyeksi Anteroposterior (AP) yang
menggunakan beban sebagai alat bantu pemeriksaan agar dapat
mendiagnosa suatu kelainan atau penyakit tanpa menggunakan kontras media.
Menurut study kasus yang di lakukan teman saya Pemeriksaan thorax stress kebanyakan dilakukan
pada kasus dugaan rupture atau susp subluksasi pada
daerah shoulder khususnya untuk melihat sendi
akromioklavikula joint,
dengan dilakukanya pemeriksaan thorax stress ini bertujuan untuk
dapdat melihat perbandingan Sendi Akromioklavikula (AC joint) kanan dan kiri, serta untuk melihat
perbandingan caput humeri kanan dan kiri agar dapat menilai apabila
terjadi subluksasi atau pergeseran, Jadi pada umunya memang pemeriksaan Thorax stress
adalah pemeriksaan yang sering
sekali di lakukan untuk
mendiagnosa suatu kelainan atau penyakit, terutama
pada Sendi Akromioklavikula (AC joint) .
A.
Sedikit Anatomi Tentang Sendi Akromioklavikula
Sendi akromioklavikula,
dibentuk oleh ujung luar dari klavikula yang bersendi dengan prosesus akromion
dari skapula (Syaifuddin, 2006).
Sendi Akromioklavikula adalah hubungan synovial dimana permukaan sambungan
oval dari lateral tulang selangka dan bagian medial akromion. Sendi Akromioklavikula disebut juga gelang bahu yang menghubungkan lengan
dengan badan. Pergelangan ini mempunyai mangkok sendi yang tidak sempurna oleh
karena bagian belakangnya terbuka. Bagian ini dibentuk oleh dua buah tulang yaitu skapula (tulang belikat) dan klavikula (tulang
selangka) (syaifuddin, 2006)
Permukaan hubungan bidang
ditutup dengan tulang rawan sambungan berserat, melandai turun dan ditengah.
Akhir tulang selangka terletak lebih tinggi dari permukaan akromion yang berdekatan, dan lereng permukaan cenderung
untuk mengalami pergeseran akromion
dibawah dan dibawah tulang selangka. Suatu kapsul sambungan menutup hubungan,
mengikat pada margin sambungan (articuler). Hal ini relatif bebas dan tersusun
dari urat yang kasar dan kuat yang tersusun dari fasciculi pararel. Kapsul tersebut terletak dengan kokoh diatas,
dan diperkuat oleh urat otot trapesium. Piringan artikuler berbenuk irisan
menukik kedalam hubungan dari bagian superior kapsul, sebagian membagi rongga
hubungan. Bagian lengkap sambungan (joint) itu jarang. Membran synovial
menggarisi permukaan dalam kapsul.
Ligamen coracoclavicula menghasilkan stabilitas yang sebenarnya dari hubungan akromioklavikula. Yang mana merupakan ikatan dua bagian yang amat
kuat, yang menguatkan cabang samping dengan bagian tengah prosesus korakoid dengan sambungan, dan karena korakoid dan akromion memiliki kesinambungan dengan tulang, terlihat
menstabilkan hubungan samping akromion.
Terdiri dari dua bagian, dinamakan menurut bentuknya adalah ligamen conoid posteromedial
dan anterolaterally
yang terletak pada ligamen trapezoid.
Ligamen conoid berbentuk segitiga dan
memiliki puncak, yang terletak secara posteromedial pada dasar prosesus korakoid. Dasar
yang diluaskan tersebut diatur pada tulang conoid pada permukaan bawah cabang
samping. Ligamen trapezoid kuat,
datar dan berbentuk quadrilateral, dan terpasang dibawah sekitar 2 cm, dengan
punggung kasar permukaan atas dari prosesus korakoid. Diatas
ligamen trapezoid, terhubung dengan
jalur trapezoid miring pada permukaan
bawah cabang samping yang tersusun secara anterolateral dari tabung conoid. Ligamen conoid menahan gerakan maju skapula
dan terutama penting dalam menahan gaya perpindahan letak yang kan menyebabkan
akromion dibawa kebawah cabang samping klavikula
(woodburne, 1983).
gambar 1.1 anatomi akromioklavikula |
Keterangan gambar 1.1 :
1.Sendi akromioklavikula
2.Sendi sternoklavikula
3.Sendi skapulahumerus
A.
Patologi Sendi Akromioklavikula
Kelainan yang sering terjadi
pada Sendi Akromioklavikula diantaranya
dislokasi dan subluksasi (Apley,
1993).
1. Dislokasi
Dislokasi merupakan hubungan antara rawan tulang yang
satu dengan rawan tulang yang lainnya pada suatu persendian sudah tidak
menyinggung satu dengan yang lain (Price dan Wilson, 2002). Apabila salah satu atau beberapa tulang yang
berhubungan dengan sendi yang mengalami dislokasi itu patah, maka keadaan
tersebut disebut “dislokasi fraktur”
dari pada sendi yang bersangkutan.
Menurut Greenspan
(1988) dislokasi pada sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa tetapi
jarang pada anak-anak, adapun klasifikasi dari dislokasi pada sendi bahu
diantaranya :
a. Dislokasi Anterior
Dislokasi ini sering disebut juga sebagai dislokasi preglenoid, subcoracoid, dan subclavicula.
Dislokasi merupakan kelainan yang sering ditemukan dan biasanya penderita jatuh
dengan tangan dalam keadaan trauma pada scapula sendiri dan anggota gerak dalam
posisi rotasi lateral sehingga kaput humerus menembus kapsul anterior sendi.
Pada dislokasi anterior, kaput humerus berada dibawah glenoid, subcoracoid, dan subclavicular (Rasad, 2008).
b. Dislokasi Posterior
Dislokasi ini lebih jarang ditemukan dan biasanya disebabkan
oleh adanya trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna
(Rasad, 2008).
c. Dislokasi Inferior
Kaput humerus mengalami jepitan dibawah glenoid dimana
lengan mengarah ke atas sehingga terjadi dislokasi inferior.
d. Dislokasi disertai fraktur
Jenis ini adalah dislokasi tipe anterior disertai fraktur
apabila dilakukan reposisi pada dislokasi, biasanya fraktur akan tereposisi dan
melekat kembali pada humerus.
Dislokasi
bahu sering dialami oleh meraka yang masih muda dan biasanya diakibatkan oleh
abduksi, ekstensi dan rotasi ekserna traumatik yang berlebihan pada ekstremitas
atas. Posisi pada waktu akan melempar bola merupakan salah satu contoh posisi
tersering, yang kalau erlalu berlebihan dapat menimbulkan dislokasi (Price dan Wilson, 2002).
Dengan
mengetahui secara tepat mekanisme kejadian, maka kebanyakan dislokasi mudah
reposisi, dan apabila dilakukan immobilisasi terhadap bagian-bagian yang
bersngkutan maka kapsula dapat pulih dan ligamentum akan dihubungkan kembali
oleh jaringan fibrosa. Untuk memungkinkan terjadinya hal ini, maka pada
beberapa regio tertentu menahan agar sendi tersebut selalu dalam keadaan istirahat, mungkin diperlukan periode traksi.
e. Ruptur
Ruptur bisa diartikan robekan, lepas, atau dalam bahasa
Inggris disebut "tears".
Ligementum
bisa diartikan "urat" dalam bahasa sehari-hari.
Dislokasi Sendi Akromioklavikula (AC Joint) dapat
terjadi karena adanya ruptur ligamen
acromioclavicular dan ligamen
coracoclavicular. Kebanyakan terjadi pada usia 15 – 40 tahun karena
aktivitas olah raga dan kecelakaan lalu lintas (Apley, 1993).
2. Subluksasi
Subluksasi adalah istilah yang dipakai untuk menunjukan adanya
deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan yang lain masih
menyentuh berbagai pasangnnya (Price dan Wilson, 2002).
C.
Prosedur
Pemeriksaan Thorax Stress
Jadi teknik radiografi thorax
stress adalah pemeriksaan secara radiologi thorak dengan menggunakan proyeksi Anteroposterior (AP) yang menggunakan
beban sebagai alat bantu pemeriksaan agar dapat mendiagnosa suatu kelainan
atau penyakit tanpa menggunakan bahan
kontras media.
1.
Persiapan
pemeriksaan
a. Persiapan Pasien
Pada
pemeriksaan foto thorak stress tidak ada persiapan khusus pada pasien, hanya
saja pasien harus dibebaskan dari benda-benda disekitar dada yang terbuat dari
logam yang dapat menyebabkan gangguan
pada pembacaan radiograf, seperti : kalung, jalinan rambut pada wanita,
pakaian dalam (BH), kancing baju, Peniti dll. Selain itu komunikasi dengan
pasien merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Penting untuk menjelaskan
mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan serta alasan melepas pakaian
bagian atas dan benda-benda yang dapat mengganggu radiograf serta diganti
dengan pakaian yang bebas dari benda asing.
b. Persiapan Alat
Adapun alat-alat yang perlu dipersiapkan pada pemeriksaan
radiografi sendi akromioklavikula (Ballinger, 1999) adalah :
1. Pesawat sinar-x
gambar 1.2 pesawat sin-x |
2. Kaset dan film ukuran 35x43cm
gambar 1.3 kaset 35x43 cm |
3. Marker R atau L
4. Plester
5. Baju pasien
6. Prosesing Film
7. Beban 4
kg
Gambar 1.4 dua buah beban 4 kg |
a. Teknik Pemotretan
Adapun
teknik pemeriksaannya :
Posisi
pasien : Pasien berdiri menempel standing bucky
dan menghadap tabung sinar-x.
Posisi
Objek : Mid
Sagital Plane tubuh pada pertengahan
kaset dan kedua bahu terkaver .kedua
tangan diberi beban masing-masing seberat
4 kg.
Arah
sinar (CR) :
horizontal menuju pertengahan kaset
Titik
bidik (CP) : Manubrium sterni menuju pertengahan kaset
Focus
Film Distance (FFD) : 100 cm
Kolimasi
:35
x 43 cm seluas lapangan obyek (thorak )
Gambar 1.5 posisi pasien |
Gambar 1.6 hasil radiograf thorax stress |
Hasil diagnosa dokter
radiolog
1. Sternoclavicular joint kurang simetris.
2. Jarak acromioclavicular joint bagian kanan 0,6 cm, jarak normal 0,3 cm –
0,9 cm. Space acromioclavikular joint dextra-sinistra tak tampak melebar.
3. Jarak coracoclavicularis bagian kanan 0,9 cm, jarak normal 1,1 cm – 1,3 cm.
4. Tampak dislokasi pada shoulder joint bagian kanan. Caput humeri dextra
tampak terdeviasi ke inferior. Caput humeri sinistra tak tampak terdeviasi.
5. Os claviculae, Os Scapulae dan Caput humeri ak tampak fraktur.
6. Cardiomegali 0,5 cm
D. Alasan pemeriksaan foto thorax stress
Pada kasus suspect rupture AC joint hanya
menggunakan proyeksi thorak stress (menggunakan beban) karena telah mampu
menegakkan hasil diagnosa. Alasan dilakukanya pemeriksaan thorak stress dengan kasus suspect rupture AC joint yaitu untuk membandingkan
antara sendi akromioklavikula kanan dengan sendi akromioklavikula yang kiri. Selain
itu foto thorak merupakan syarat khusus untuk persiapan operasi (melihat
keadaan jantung). Pemeriksaan
foto thorak mutlak dilakukan pada usia diatas 60 tahun ke atas. Sehingga bisa
untuk persiapan apabila dilakukan tindakan operasi.
Comments
Post a Comment